#based on true story
25 hari dirumah sakit dengan tabung, sudah cukup untuk
menguatkan tulang-tulang kecil itu. Bayi itu pun segera bisa merasakan kejamnya
dunia, panasnya matahari, bisingnya jalanan, udara kotor berterbangan, bau
sampah-sampah yang menumpuk, dan akhirnya kelak akan tau bahwa lahir didunia
tanpa seorang ayah yang menemaninya. Ayah...? bayi itu tidak mengenal ayah,
pergi meninggalkan ibunya, cerai gara2 ayahnya selingkuh. Kasihan banget bayi
itu, lahir dengan kekejaman keadaan rumah tangga yang hancur.
Untuk bertahan menjadi bayi yang bisa tumbuh besar tanpa
kekejaman dunia, bayi itu dititipkan kepada neneknya di kampung di daerah
wonosari yang beribukotakan Gunungkidul. Gunungkidul, sebuah kabupaten yang
jarang penduduknya pada Tahun itu, dengan penduduk yang slalu berkelompok,
saling gotong royong. Dengan wisata yang tidak kalah dengan kota-kota lain,
tumbuh-tumbuhan yang masih lebat, binatang liar yang masih banyak berkeliaran.
Itu semua adalah sekitar tempat bayi yang nantinya akan Tumbuh menjadi besar.
Hari demi hari, bulan demi bulan tlah berlalu, bayi itu
semakin menunjukan badannya yang mulai berisi, mulai padat, mulai berat, dan
mulai kuat serta mulai bisa bicara.n
Dengan keadaan ekonomi yang rendah, ibunya bertekad mencari
sesuap nasi di kota, demi untuk menghidupi keluarga dan membeli susu. Seminggu
sekali pulang ke kampung halaman membawa susu dan beberapa lembar uang
diserahkan kepada neneknya untuk bertahan hidup sampai seminggu selanjutnya. Rutinitas
yang slalu sama itu berlanjut sampai bayi itu beranjak dewasa.
Sekolah Dasar Candi III tempat pertama untuk mencari ilmu, pada
saat itu sekitar tahun 1994 belum ada Paud atau TK, anak itu mencari ilmu di
desa seberang, berjarak 2 km dari rumah dan di tempuh setiap hari. Beranjak
kelas 4 ibunya membelikan Sepeda, dan mulai terasa ringan dengan beban buku
yang dibawa.
Entah adat, tradisi, budaya, atau agama anak laki-laki harus
disunat. Kelas 5 SD anak itu membuang
ujung kelaminya. Kata orang sudah dewasa. Setahun kemudian lulus dengan nilai
yang memuaskan. Dengan keadaan ekonomi yang pas-pasan melanjutkan sekolah SMP Swasta
dengan biaya yang sangat relatif murah dibandingkan dengan SMP Negeri. Yaitu
SMP Margaluhur dengan tempuh jarak 5 km dari rumah.
Dengan bekal kecerdasan, anak itu meraih juara pertama dari
kelas 1 sampai 3 SMP sehingga mendapatkan biaya prestasi. Sekali lagi Tuhan menunjukan
keberkahannya. Tepat kelas 2 ibuny membawa seorang laki-laki pulang kerumah dan
mengenalkan kepada anak itu serta neneknya. Dan akhirnya ibunya menikah dan beberapa
bulan kemudian diberkahi seorang anak. Melahirkan anak perempuan, imut, cantik,
diberi nama Anita Putri Alivia.
Pada Tahun 2000, untuk kedua kalinya anak itu lulus dengan
nilai yang memuaskan, tapi dengan keterbatasan biaya untuk melanjutkan sekolah
kejenjang berikutnya anak itu memilih di SMK Pembangunan karangmojo, dengan
jarak tempuh dari rumah jalan kaki 5 km dan naik angkutan 7 km. Di SMK
Pembangunan mengambil jurusan Automotif dengan biaya yang murah dan sekali lagi
mendapatkan biaya prestasi, tapi sayang hanya sekali. Untuk kedua kalinya
mendapatkan biaya bantuan. Dengan nomilal yang lebih kecil. Dengan keadaan
ekonomi yang masih selalu sama anak itu mencoba bekerja untuk gurunya disebuah
rental komputer di karangmojo. Sepulang sekolah sekitar jam 2 langsung pergi
ketempat kerja, jam 5 sore baru pulang, sampai rumah pasti malam dan akhirnya
jadi bahan pembicaraan orang dikampung. Teman-teman yang lain sudah sampai
dirumah jam 3an anak itu harus sampai rumah jam 6an...
Kuat, sabar n slalu berdoa itu yang selalu di ajarkan nenek
dan ibunya. Tahun 2005 mendapatkan tanggung jawab untuk membawa sang saka merah
putih untuk dikibarkan pada 17 Agustus di lapangan Kabupaten, yaitu menjadi paskibraka.
Kebanggan yang luar biasa dari beribu-ribu siswa sekabupaten anak itu terpilih
menjadi paskibraka.
Selang beberapa bulan anak itu PKL (Praktek Kerja Lapangan)
di Jogja. Di bengkel Bus Langen Mulyo. 3 bulan disana dan akhirnya mendapatkan
Nilai yang bagus dan ketrampilan yang cukup. Pada tahun 2006 Lulus dengan nilai
yang bagus, dan akhirnya untuk memutuskan melanjutkan kuliah Tekhnik di UNY
tapi sayang tidak direstui orang tua. Anak itu nyadar dan tau tidak disetujui
dikarenakan keterbatasan ekonomi. Sukur-sukur masih bisa buat makan. Harus sabar
dan kuat menjalaninya. Rasa percaya diri yang meningkat anak itu memutuskan
kerja di tempat PKL sebelumnya. Dengan gaji yang sedikit tetap dijalani. Gempa Jogja
2006 itu membuat harus keluar dari perusahaan. Dan akhirnya memutuskan untuk
ikut bersama temannya, menjadi freelance Asuransi Allianz. Mendapatkan nasabah
itu sangat tidak mudah, dan akhirnya selama 3 bulan tidak mendapatkan nasabah
sama sekali, memang tidak bakat dibidang itu. Selama tiga bulan biaya bayar kost,
makan dan untuk keperluan sehari-hari didapat dari hasil ngamen. Berangkat jam
19.00 sampai jam 21.00 mendapatkan 20rb dibagi dua. 5rb untuk makan dan 5 ribu
untuk ditabung wat bayar uang kontrakan. Sampai akhirnya mendapatkan pekerjaan
yang menetap di vallent disk digejayan, tempat rental film. Sampai 2007 akhir
memutuskan untuk pergi merantau keluar kota. Madiun salah satu kabupaten di
Jawa Timur. Dengan padat penduduk yang sedikit. Lumayan sepi. Disana anak itu
ikut dengan saudaranya. Selama setahun di madiun keja di bidang Desain grafis
dengan ketrampilan yang didapat secara otodidak. 2008 perusahaan bangkrut dan
pindah di Jakarta daerah Jatinegara. Masih sama menggeluti bidang desain
grafis. Pada tahun 2009 anak itu merasa tidak betah, tidak bisa move on. Penghasilan
dijakarta lumayan namun pengeluarannya luar biasa. Dengan tekat resign anak itu
kembali ke tempat asalnya. Yaitu Jogja, di jogja ada seorang teman yang
menawari menjadi mekanik. Bekerja di AHASS Bengkel Resminya Honda. Selama sepuluh
hari menjalani training tiba-tiba mendapat panggilan dari Pimpinan. Sewaktu
melamar anak itu melampirkan ketrampilan di CVnya yaitu bisa CorelDraw dan
AdobePhotoshop, sehingga bosnya tertarik dengan ketrampilannya itu. Dijadikan admin
dikantornya sekalian untuk mendesain brosur, spanduk, kartunama, dan yang
lain-lain serta menjalankan laporan-laporan AHASS ke ASTRA.
Tahun 2010 dengan penghasilannya sendiri anak itu memutuskan
untuk ambil kuliah malam, di daerah jetis yaitu di STIE Nusa Megarkencana
dengan mengambil jurusan Akuntansi. Kerja jam 7 pulang jam 5 langsung berangkat
kuliah dan pulang jam 9, itu adalah rutinitas dari senin sampai jumat. Dan berlangsung
sampai sekarang. Dengan modal nekad hutang untuk memasuki universitas, di awal
2012 dengan keterbatasan biaya membuat harus membuat anak itu Cuti selama 2
semester. Harus mengumpulkan uang untuk melunasi hutang-hutang dan tunggakan
SPP. Di awal 2013 ini anak itu mulai bangkit lagi, sedikit demi sedikit hutang
dan tunggakan itu mulai berkurang dan melanjutkan lagi kuliahnya dan sekarang anak
itu sudah semester 5 kuliah dengan biaya sendiri.
*Dan anak itu adalah SAYA.*