Follow my IG @adityayw

.

Thursday, August 22, 2013

Story by Me

I have Story for you...

#based on true story


Bantul..tepat tanggal 8 Juli 1988 bayi mungil 2,2 kg dilahirkan kedunia. Dan dengan Berkat Tuhan Ibu dan bayi itu selamat. Bayi tanpa dosa itu telah menambah padatnya penduduk jogja. Bayi itu lahir sebelum saatnya, dengan kata lain lahir dalam keadaan premature. 7 bulan dalam kandungan seorang ibu itu sudah tidak sabar untuk segera melihat dunia. Bayi yang terlalu kecil itu langsung dilarikan ke RS Sardjito untuk di inkubator.


25 hari dirumah sakit dengan tabung, sudah cukup untuk menguatkan tulang-tulang kecil itu. Bayi itu pun segera bisa merasakan kejamnya dunia, panasnya matahari, bisingnya jalanan, udara kotor berterbangan, bau sampah-sampah yang menumpuk, dan akhirnya kelak akan tau bahwa lahir didunia tanpa seorang ayah yang menemaninya. Ayah...? bayi itu tidak mengenal ayah, pergi meninggalkan ibunya, cerai gara2 ayahnya selingkuh. Kasihan banget bayi itu, lahir dengan kekejaman keadaan rumah tangga yang hancur.

Untuk bertahan menjadi bayi yang bisa tumbuh besar tanpa kekejaman dunia, bayi itu dititipkan kepada neneknya di kampung di daerah wonosari yang beribukotakan Gunungkidul. Gunungkidul, sebuah kabupaten yang jarang penduduknya pada Tahun itu, dengan penduduk yang slalu berkelompok, saling gotong royong. Dengan wisata yang tidak kalah dengan kota-kota lain, tumbuh-tumbuhan yang masih lebat, binatang liar yang masih banyak berkeliaran. Itu semua adalah sekitar tempat bayi yang nantinya akan Tumbuh menjadi besar.

Hari demi hari, bulan demi bulan tlah berlalu, bayi itu semakin menunjukan badannya yang mulai berisi, mulai padat, mulai berat, dan mulai kuat serta mulai bisa bicara.n
Dengan keadaan ekonomi yang rendah, ibunya bertekad mencari sesuap nasi di kota, demi untuk menghidupi keluarga dan membeli susu. Seminggu sekali pulang ke kampung halaman membawa susu dan beberapa lembar uang diserahkan kepada neneknya untuk bertahan hidup sampai seminggu selanjutnya. Rutinitas yang slalu sama itu berlanjut sampai bayi itu beranjak dewasa.


Sekolah Dasar Candi III tempat pertama untuk mencari ilmu, pada saat itu sekitar tahun 1994 belum ada Paud atau TK, anak itu mencari ilmu di desa seberang, berjarak 2 km dari rumah dan di tempuh setiap hari. Beranjak kelas 4 ibunya membelikan Sepeda, dan mulai terasa ringan dengan beban buku yang dibawa.

Entah adat, tradisi, budaya, atau agama anak laki-laki harus disunat. Kelas 5 SD anak itu membuang ujung kelaminya. Kata orang sudah dewasa. Setahun kemudian lulus dengan nilai yang memuaskan. Dengan keadaan ekonomi yang pas-pasan melanjutkan sekolah SMP Swasta dengan biaya yang sangat relatif murah dibandingkan dengan SMP Negeri. Yaitu SMP Margaluhur dengan tempuh jarak 5 km dari rumah.

Dengan bekal kecerdasan, anak itu meraih juara pertama dari kelas 1 sampai 3 SMP sehingga mendapatkan biaya prestasi. Sekali lagi Tuhan menunjukan keberkahannya. Tepat kelas 2 ibuny membawa seorang laki-laki pulang kerumah dan mengenalkan kepada anak itu serta neneknya. Dan akhirnya ibunya menikah dan beberapa bulan kemudian diberkahi seorang anak. Melahirkan anak perempuan, imut, cantik, diberi nama Anita Putri Alivia.


Pada Tahun 2000, untuk kedua kalinya anak itu lulus dengan nilai yang memuaskan, tapi dengan keterbatasan biaya untuk melanjutkan sekolah kejenjang berikutnya anak itu memilih di SMK Pembangunan karangmojo, dengan jarak tempuh dari rumah jalan kaki 5 km dan naik angkutan 7 km. Di SMK Pembangunan mengambil jurusan Automotif dengan biaya yang murah dan sekali lagi mendapatkan biaya prestasi, tapi sayang hanya sekali. Untuk kedua kalinya mendapatkan biaya bantuan. Dengan nomilal yang lebih kecil. Dengan keadaan ekonomi yang masih selalu sama anak itu mencoba bekerja untuk gurunya disebuah rental komputer di karangmojo. Sepulang sekolah sekitar jam 2 langsung pergi ketempat kerja, jam 5 sore baru pulang, sampai rumah pasti malam dan akhirnya jadi bahan pembicaraan orang dikampung. Teman-teman yang lain sudah sampai dirumah jam 3an anak itu harus sampai rumah jam 6an...


Kuat, sabar n slalu berdoa itu yang selalu di ajarkan nenek dan ibunya. Tahun 2005 mendapatkan tanggung jawab untuk membawa sang saka merah putih untuk dikibarkan pada 17 Agustus di lapangan Kabupaten, yaitu menjadi paskibraka. Kebanggan yang luar biasa dari beribu-ribu siswa sekabupaten anak itu terpilih menjadi paskibraka.

Selang beberapa bulan anak itu PKL (Praktek Kerja Lapangan) di Jogja. Di bengkel Bus Langen Mulyo. 3 bulan disana dan akhirnya mendapatkan Nilai yang bagus dan ketrampilan yang cukup. Pada tahun 2006 Lulus dengan nilai yang bagus, dan akhirnya untuk memutuskan melanjutkan kuliah Tekhnik di UNY tapi sayang tidak direstui orang tua. Anak itu nyadar dan tau tidak disetujui dikarenakan keterbatasan ekonomi. Sukur-sukur masih bisa buat makan. Harus sabar dan kuat menjalaninya. Rasa percaya diri yang meningkat anak itu memutuskan kerja di tempat PKL sebelumnya. Dengan gaji yang sedikit tetap dijalani. Gempa Jogja 2006 itu membuat harus keluar dari perusahaan. Dan akhirnya memutuskan untuk ikut bersama temannya, menjadi freelance Asuransi Allianz. Mendapatkan nasabah itu sangat tidak mudah, dan akhirnya selama 3 bulan tidak mendapatkan nasabah sama sekali, memang tidak bakat dibidang itu. Selama tiga bulan biaya bayar kost, makan dan untuk keperluan sehari-hari didapat dari hasil ngamen. Berangkat jam 19.00 sampai jam 21.00 mendapatkan 20rb dibagi dua. 5rb untuk makan dan 5 ribu untuk ditabung wat bayar uang kontrakan. Sampai akhirnya mendapatkan pekerjaan yang menetap di vallent disk digejayan, tempat rental film. Sampai 2007 akhir memutuskan untuk pergi merantau keluar kota. Madiun salah satu kabupaten di Jawa Timur. Dengan padat penduduk yang sedikit. Lumayan sepi. Disana anak itu ikut dengan saudaranya. Selama setahun di madiun keja di bidang Desain grafis dengan ketrampilan yang didapat secara otodidak. 2008 perusahaan bangkrut dan pindah di Jakarta daerah Jatinegara. Masih sama menggeluti bidang desain grafis. Pada tahun 2009 anak itu merasa tidak betah, tidak bisa move on. Penghasilan dijakarta lumayan namun pengeluarannya luar biasa. Dengan tekat resign anak itu kembali ke tempat asalnya. Yaitu Jogja, di jogja ada seorang teman yang menawari menjadi mekanik. Bekerja di AHASS Bengkel Resminya Honda. Selama sepuluh hari menjalani training tiba-tiba mendapat panggilan dari Pimpinan. Sewaktu melamar anak itu melampirkan ketrampilan di CVnya yaitu bisa CorelDraw dan AdobePhotoshop, sehingga bosnya tertarik dengan ketrampilannya itu. Dijadikan admin dikantornya sekalian untuk mendesain brosur, spanduk, kartunama, dan yang lain-lain serta menjalankan laporan-laporan AHASS ke ASTRA.

Tahun 2010 dengan penghasilannya sendiri anak itu memutuskan untuk ambil kuliah malam, di daerah jetis yaitu di STIE Nusa Megarkencana dengan mengambil jurusan Akuntansi. Kerja jam 7 pulang jam 5 langsung berangkat kuliah dan pulang jam 9, itu adalah rutinitas dari senin sampai jumat. Dan berlangsung sampai sekarang. Dengan modal nekad hutang untuk memasuki universitas, di awal 2012 dengan keterbatasan biaya membuat harus membuat anak itu Cuti selama 2 semester. Harus mengumpulkan uang untuk melunasi hutang-hutang dan tunggakan SPP. Di awal 2013 ini anak itu mulai bangkit lagi, sedikit demi sedikit hutang dan tunggakan itu mulai berkurang dan melanjutkan lagi kuliahnya dan sekarang anak itu sudah semester 5 kuliah dengan biaya sendiri.


*Dan anak itu adalah SAYA.*